Ketua Komnas Perlindungan Anak,
Arist Merdeka Sirait kecewa dengan keputusan ibu negara, Ani Yudhoyono yang
tidak ingin menjadi ikon perlindungan anak.
Arist kecewa lantaran saat tingginya
kasus kekerasan pada anak, Ibu Negara Ani Yudhoyono bersikap dingin. Padahal,
seorang ibu negara harusnya berinisiatif sebagai pelindung, pengayom, dan ibu
bagi anak-anak Indonesia, terutama kaum hawa. Berdasarkan informasi
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) pada tahun 2013, jumlah
anak-anak yang ada di Indonesia sekitar 21 juta anak Indonesia. 50 persen dari
mereka, sekitar 10 juta anak, mengalami kekerasan seksual.
“Mereka selalu menemui masyarakat miskin. Ibu
negara seharusnya menjadi salah satu ikon bagi masyarakat, terutama bagi
anak-anak. Kejahatan seksual bukan tugas dari satu lembaga, tapi common
issue atau isu bersama yang harus kita perangi bersama-sama,” kata Arist
saat di temui LICOM di kantornya, Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo, Kecamatan
Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Menurut Arist, maraknya kasus
kekerasan seksual pada anak, nampaknya tidak menggugah Ani Yudhoyono selaku ibu
negara untuk berperan sebagai ikon bagi anak-anak Indonesia. Padahal, ikon ini
penting agar anak-anak Indonesia atau masyarakat memiliki tokoh panutan yang
dapat melindungi mereka.
Dirinya berharap, dalam memperingati
Hari Kartini 21 April, kasus kekerasan terhadap anak berkurang. Perayaan ini
sesuai ulang tahun RI (10), bocah yang mengalami kekerasan seksual oleh ayah
kandungnya sendiri hingga meninggal dunia di RSUP Persahabatan. Ia menuturkan,
RI merupakan simbol kekerasan seksual terhadap anak. Arist berharap tindak
seperti ini dapat segera dihentikan.
“Kami berharap upaya kami ini
kembali mengingatkan masyarakat betapa kejamnya kekerasan seksual pada anak dan
harus segera dihentikan,” harapnya.@winarko
Sumber : lensaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar